5 ALASAN KENAPA BANGUNAN JEPANG KUAT TERHADAP GEMPA
TEROPONG-MEDIA.COM | PENGETAHUAN - Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda negara-negara di sekitar Cincin Api Pasifik, termasuk Jepang. Namun, jika kita perhatikan, bangunan-bangunan di Jepang memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi guncangan gempa. Apa rahasianya? Mengapa bangunan Jepang bisa begitu kuat terhadap gempa? Mari kita bahas beberapa alasan di balik kehebatan ini.
Salah satu alasan utama adalah adanya kebijakan dan peraturan yang ketat dalam mendesain dan membangun bangunan di Jepang. Pemerintah Jepang telah membuat aturan yang memastikan semua bangunan harus memenuhi standar keamanan tertentu untuk dapat bertahan saat terjadi gempa. Mereka menggunakan teknologi canggih dan material yang kuat untuk memastikan kekokohan bangunan.
1. Struktur Bangunan Yang Fleksibel
Selain itu, bangunan di Jepang juga didesain dengan konsep fleksibilitas. Maksudnya, bangunan tersebut dirancang agar dapat bergerak dan meredam guncangan saat terjadi gempa. Bahan-bahan seperti baja dan beton yang digunakan dalam konstruksi bangunan memiliki sifat elastisitas yang memungkinkan mereka untuk melentur dan kembali ke bentuk semula setelah gempa berlalu. Tidak hanya itu, rumah-rumah jepang rata-rata tidak menggunakan paku sebagai sambungan ataupun ketahanan bangunan, kebanyakan dari desainnya menggunakan kayu slot (seperti puzzle). Hal ini membantu mencegah kerusakan yang lebih parah pada struktur bangunan.
2. Dua Tingkat Ketahanan
Sebagai negara yang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, Jepang harus berurusan dengan gempa bumi. Oleh karena itu, semua bangunan di Jepang harus mampu bertahan dari guncangan gempa. Untuk mencapai hal ini, para insinyur di Jepang telah mengembangkan dua tingkat ketahanan utama, seperti yang dilansir oleh BBC.
Pertama, bangunan harus dirancang untuk tahan terhadap gempa kecil yang mungkin terjadi sebanyak tiga atau empat kali selama masa pakainya. Untuk jenis bangunan ini, kerusakan apa pun yang memerlukan perbaikan tidak dapat diterima. Bangunan harus dirancang dengan baik sehingga dapat melewati gempa tanpa adanya cedera.
Tingkat ketahanan kedua adalah menahan gempa bumi ekstrem yang lebih jarang terjadi, seperti gempa Kanto pada tahun 1923 dengan magnitudo 7,9 yang menghancurkan Tokyo dan Yokohama. Untuk gempa dengan magnitudo lebih besar dari ini, tujuan utamanya bukan lagi menjaga bangunan tetap utuh. Namun, yang terpenting adalah memastikan bahwa tidak ada korban jiwa akibat kerusakan tersebut. "Anda merancang bangunan untuk melindungi nyawa manusia. Itu adalah persyaratan minimum," kata Ziggy Lubkowski, seorang spesialis seismik dari University College London.
3. Bantalan atau Peredam Kejut
Untuk menahan kekuatan gempa yang luar biasa, bangunan harus mampu menyerap energi seismik sebanyak mungkin. Inilah yang akan mencegah bangunan runtuh. Salah satu metode yang digunakan adalah isolasi seismik. Bangunan atau struktur ditempatkan pada bantalan atau peredam kejut untuk menahan gerakan gempa. Terkadang, bantalan tersebut sederhana seperti balok karet setebal 30-50 cm. Di mana pun kolom bangunan bertemu dengan fondasi, mereka diletakkan di atas bantalan karet ini. Penyesuaian pada dasar bangunan adalah salah satu cara utama untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa. Namun, peredam gerakan yang dipasang sepanjang ketinggian bangunan juga dapat meningkatkan ketahanannya. "Sebuah gedung tinggi dapat bergerak hingga 1,5 meter, tetapi dengan memasang peredam pada tingkat tertentu, Anda dapat mengurangi gerakan itu menjadi jauh lebih kecil, sehingga mencegah kerusakan pada struktur utama," kata Lubkowski. Peredam ini biasanya terlihat seperti pompa sepeda, tetapi diisi dengan cairan bukan udara.
4. Metode Lain
Membuat bangunan tahan terhadap gempa bukan hanya melibatkan perangkat kompleks untuk menyerap energi gempa dan meredam guncangan. Metode lainnya melibatkan tata letak dan desain bangunan itu sendiri. "Jika setiap lantai memiliki ketinggian yang sama dan semua kolom ditempatkan pada jarak grid yang sama, bangunan akan berkinerja lebih baik saat terjadi gempa," jelas Lubkowski. Namun, seringkali para arsitek yang merancang gedung pencakar langit yang spektakuler enggan membuat kompromi semacam itu. Ketegangan antara standar seismik yang diperlukan oleh para insinyur dan visi kreatif para arsitek adalah hal yang biasa terjadi.
Menara Skytree di Tokyo adalah gedung tertinggi kedua di dunia. Bangunan ini memiliki gaya neurofuturistik yang menggabungkan beberapa elemen pagoda tradisional Jepang, termasuk pilar pusat yang dipasang pada peredam seismik untuk menyerap energi gempa bersama-sama.
Dengan menggunakan dua tingkat ketahanan ini, Jepang telah berhasil menciptakan bangunan yang tahan terhadap gempa bumi. Kombinasi antara desain yang cerdas dan teknologi inovatif telah memungkinkan mereka untuk melindungi nyawa manusia dan menjaga infrastruktur tetap utuh dalam menghadapi ancaman gempa.
5. Teknologi
Tidak hanya itu, teknologi juga memainkan peran penting dalam memperkuat bangunan Jepang terhadap gempa. Contohnya, mereka menggunakan sistem pendeteksi gempa yang canggih. Ketika gempa terjadi, sistem ini akan memberikan peringatan dini kepada penduduk dan memicu tindakan evakuasi yang cepat. Ini membantu mengurangi risiko korban jiwa dan memastikan keselamatan masyarakat.
Secara keseluruhan, ada beberapa alasan mengapa bangunan Jepang kuat terhadap gempa. Kebijakan dan peraturan ketat, desain fleksibel, penerapan teknologi canggih, kesadaran masyarakat, budaya gotong royong, dan pengalaman masa lalu semuanya berperan dalam menciptakan bangunan yang kokoh dan aman di tengah ancaman gempa bumi. Kita dapat belajar banyak dari Jepang dalam hal ini, terutama dalam membangun bangunan yang tangguh dan tahan gempa untuk melindungi nyawa dan harta benda kita.
Posting Komentar untuk "5 Alasan Kenapa Bangunan Jepang Kuat Terhadap Gempa"