6 Alasan Kenapa Brand Baru Mati di Tahun Pertama

6 ALASAN KENAPA BRAND BARU MATI DI TAHUN PERTAMA

TEROPONG-MEDIA.COM | BISNIS - Memulai sebuah brand baru adalah perjalanan yang penuh tantangan. Banyak orang berpikir bahwa kesulitan terbesar datang dari kompetitor yang sudah mapan atau pasar yang terlalu kompetitif. Namun, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar kegagalan brand baru justru berasal dari kesalahan internal, terutama dari cara berpikir dan keputusan sang pemilik brand. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bertahun-tahun, ada beberapa penyebab utama yang membuat banyak brand baru tidak mampu bertahan hingga tahun pertama. Berikut penjelasannya:

1. Terlalu Berorientasi pada Keuntungan Cepat

Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh pemilik brand baru adalah terlalu fokus pada keinginan untuk segera mendapatkan keuntungan besar. Mereka lupa bahwa inti dari bisnis adalah memberikan nilai kepada pelanggan. Ketika tujuan utamanya hanya “cepat cuan,” strategi jangka panjang sering kali terabaikan. Pelanggan ingin solusi untuk masalah mereka, bukan sekadar produk yang dipasarkan tanpa manfaat jelas. Mengabaikan kebutuhan pelanggan untuk mengejar keuntungan instan dapat merusak reputasi brand sejak awal.

2. Salah Strategi dalam Penggunaan Platform

Ada anggapan bahwa semakin banyak platform yang digunakan untuk memasarkan produk, semakin besar peluang keberhasilan. Ini adalah kesalahpahaman yang berbahaya. Banyak brand baru ingin langsung eksis di semua platform—Instagram, TikTok, Facebook, hingga marketplace—tetapi hasilnya malah setengah-setengah. Energi, waktu, dan anggaran mereka tersebar tanpa arah yang jelas. Sebagai pemilik brand, lebih baik fokus pada satu platform yang benar-benar sesuai dengan target pasar, bangun audiens yang solid di sana, baru kemudian berekspansi ke platform lain.

3. Penggunaan Influencer Tanpa Strategi yang Jelas

Menggandeng influencer memang menjadi tren di dunia pemasaran modern, tetapi tanpa strategi yang matang, hasilnya bisa mengecewakan. Banyak pemilik brand baru menghabiskan anggaran besar untuk kampanye influencer tanpa memahami target pasar mereka. Padahal, influencer hanya berfungsi sebagai penguat pesan, bukan solusi utama. Jika fondasi strateginya lemah, kampanye dengan influencer besar sekalipun tidak akan membuahkan hasil yang signifikan. Penting untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan relevan dengan kebutuhan pelanggan dan memiliki dampak jangka panjang.

4. Terlalu Fokus pada ‘Karya’ daripada ‘Penjualan’

Beberapa pemilik brand terlalu asyik menciptakan produk yang mereka anggap sempurna, tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar. Mereka berfokus pada detail produk yang ideal menurut sudut pandang pribadi, bukan berdasarkan permintaan pelanggan. Hasilnya, produk mereka tidak relevan atau sulit diterima di pasar. Padahal, tujuan utama brand adalah memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan sekadar menghasilkan karya yang memuaskan ego sendiri. Memahami apa yang dibutuhkan pasar dan memberikan solusi adalah langkah penting untuk membangun brand yang sukses.

5. Mengabaikan Riset dan Strategi

Kesuksesan brand besar seperti IKEA atau Starbucks bukan hanya karena produk mereka luar biasa, tetapi karena mereka memahami apa yang benar-benar diinginkan pelanggan. Misalnya, IKEA menjual produk yang harus dirakit sendiri, sesuatu yang tampaknya merepotkan. Namun, melalui riset mendalam, mereka mengetahui bahwa pelanggan menginginkan harga yang terjangkau dan pengalaman unik, sehingga konsep ini justru berhasil. Tanpa riset pasar dan strategi yang matang, brand baru sulit bersaing, bahkan jika produknya berkualitas tinggi.

6. Menyalahkan Kompetitor atau Pasar

Banyak pemilik brand baru yang terlalu cepat menyalahkan faktor eksternal ketika brand mereka tidak berkembang. Kompetitor dianggap terlalu kuat, atau pasar dinilai terlalu sulit untuk ditembus. Padahal, masalah sebenarnya sering kali ada pada strategi internal. Sebelum mencari kesalahan di luar, evaluasilah apa yang bisa diperbaiki dari dalam. Apakah produkmu benar-benar menjawab kebutuhan pasar? Apakah strategi pemasaranmu efektif? Refleksi ini penting untuk menemukan solusi yang tepat dan mencegah kegagalan.

Fokus pada Nilai dan Strategi

Memulai brand baru memang bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Untuk bertahan dan berkembang, pemilik brand harus mampu melihat kesalahan internal sebagai peluang untuk belajar dan memperbaiki diri. Fokuslah pada memberikan nilai kepada pelanggan, gunakan platform pemasaran dengan strategi yang tepat, dan selalu prioritaskan riset serta evaluasi.

Kegagalan sering kali adalah bagian dari proses, tetapi dengan refleksi yang jujur dan langkah yang terencana, kamu dapat membangun fondasi brand yang kuat dan berkelanjutan. Jadi, sebelum menyalahkan kompetitor atau pasar, lihat ke dalam dirimu dan strategimu. Siapa tahu, solusi untuk sukses ada di sana. 

(H/S)

Posting Komentar untuk "6 Alasan Kenapa Brand Baru Mati di Tahun Pertama"